Ah, tapi semua hanya kubatin. Karena pintaku yang ribuan kali selalu berujung pada penolakan.
Aku sibuk dalam diamku memperhatikanmu, kau sibuk dalam diammu berkelana dalam dunia imajimu. Aku masih ingat, saat melintasi anak kecil yang mencari kerang aku bertanya "menurutku semua pantai itu sama, bagaimana denganmu ?" aku tahu pasti kau tidak setuju. Kau diam dan menghentikan langkahmu kemudian menatapku. "Begitukah ?, Kau sering menemaniku berburu pantai. Bagiku setiap pantai itu berbeda. Airnya, debur ombaknya, udaranya dan rasanya." Sanggahmu. "Baiklah, lalu apa yang kau cari dari pengembaraanmu ?" Tanyaku. Kau diam lagi dan melanjutkan perjalananmu.
Pantai ini aku akui berbeda dari pantai - pantai yang pernah kita kunjungi. Tempatnya tersembunyi oleh ladang masyarakat sekitar. Aksesnya juga tidak mudah. Tapi pantai ini indah dengan debur ombaknya yang keras. Karang - karang yang melindungi dari kanan dan kiri. Pasirnya yang lembut dan kuning. Dan ada hal lain yang membuatku betah di sini. Itu kamu. Wanita samudraku.
Yah, itulah sore bertahun - tahun lalu. Kini aku duduk di tepi pantai ini. Menerawang jauh ke batas cakrawala. Sesekali menjatuhkan pandangan padamu. Duduk disampingmu adalah vakansi yang dibutuhkan hatiku. Meskipun, kau tetap pada pendirianmu untuk tidak rebah padaku. Kau memilih rebah pada yang lebih kuat. Kau memilih rebah pada-Nya dan meninggalkanku dengan ribuan misteri serta sepucuk surat terimakasih dan permintaan untuk disemayamkan di pantai ini. Aku menghormati pilihanmu, seperti dulu - dulu. Mustahil untukku menolakmu, kau memilih tenang di tempat yang sepi dan indah. Selamat jalan kekasih, semoga duniamu tidak riuh lagi.
0 komentar:
Posting Komentar