Pernah ga sih kalian ngebayangin keliling dunia. Pernah lah ya, kalo belum bayangin dulu ya. Udah kan udah ? Jadi ini sesuai judul 3 hari keliling pulau Jawa, tapi semoga nantinya keliling Dunia. Semua bilang Aamiin. Hehe.
   Jadi keliling Jawa ini meskipun bukan dari ujung ke ujung tapi ya tetep dari Jawa Timu ke Jakart balik lagi Jawa Timur sama aja keliling kan yah. Rute sebenarnya sih Malang - Tulungagung - Bogor - Jakarta - Malang. Pulangnya via pantura ya, naik kereta tapi. Kendaraan yang digunakan bis dan kereta. Moda angkutan rakyat lah pokoknya. Dan gak pas 3 hari sih, 3,5 harian lah.
   Pertama tama aku naik kereta dari Malang - Ngunut, karena berangkatnya aku nganter nenekku sih dan dari Tulungagung aku sama nenek naik bis Harapan Jaya. Mungkin kalo kalian daerah Jawa Timur ga asing dengan bis warna putih oranye (bukan bagong) beda yaa, Harapan Jaya. Enaknya naik bis ini kita free bantal dan selimut. Eh lupa tentunya makanan ringan dan makan berat sekali. Mayan kan bisa hemat buat uang jajan. Sayangnya karena sesuatu bis kita telat. Berangkatnya baru pukul setengah satu siang lah dan nyampe Bogor pagi menjelang siang. Di Bogor nginep sehari semalem lah terus cauuu ke Pasar Senen naik bis. 
    Yah tapi namanya hidup memang ga seindah yang dibayangkan. Keretaku ke Malang dari Pasar Senen itu jam 12.00 siang. Dari Bogor ke Pasar Senen butuh waktu kaaan. Dan timbulah sedikit drama dramaan di sini. Niatnya berangkat pagi meet up sama temen di Jakarta, kemudian pulang dengan bahagia. Runtuh sudah, keponakanku datang telat, bis ngetemnya lama. Di jalan udah berdoa aja ga ketinggalan kereta 🙄. Kereta jam 12.00 sampe depan satsiun jam 12.00 alhasil harus lari lari deh. Pas melangkah ke dalem gerbong keretanya mau berangkat. Alhamdulillah, coba telat selangkah doang udah babay keretaa, babay uang *eh. Yah begitulah kehidupan beda langkah aja bisa merubah segalanya. Jadi beranikan melangkah (Dewi Teguh).
    Daan sekarang pulang. Banyak sekali pelajar dari perjalan ini, dari harus bersabar menunggu bis, latihan mengontrol emosi karena hampir ketinggalan kereta dan membuat keputusan. Kenapa membuat keputusan karena coba aja kalo aku segera pesan bantal dinkereta pasti bisa bobo nyaman. Karena kelamaan menimbang dan memilih serta memutuskan bantal sewaan di kereta sudah habis. FYI, aku juga baru tau kalo di kereta itu ga free bantal, beda ya kayak di bis padahal harganya mahal kereta. Dan yang tidak boleh lupa lagi persiapan. Kenapa karena aku lupa membawa jaket. Fix, semaleman kedinginan. Lupa nih ngasih tau, aku naik kereta apa. Aku sedikit lupa si naik kereta apa, kalo ga Jayabaya ya Majapahit. Dan perjalanan ini dilakukan tahun 2017 awal.

    Biaya perjalanan:
1. Tiket kereta Malang - Ngunut.                           Rp.   12.000
2. Tiket bis Harapan Jaya Ngunut - Bogor.          Rp. 215.000
3. Harga bis Bogor - Jakarta (gratis karena dibayarin, tapi perorang Rp. 20.000)
4. Tiket kereta Jakarta - Malang.                           Rp. 245.000
5. Makan nasi goreng di kereta + teh                   Rp.   27.000
6. Makanan ringan.                                                   Rp.  10.000
 Total.           Rp. 509.000
*Ps. Aku sedikit lupa harga nasi goreng dan teh sekitar segitu lah.                           
    


    Pagi itu seorang wanita berbaju hitam berjalan di pesisir pantai. Rambutnya di gelung tinggi menampakkan lehernya yang jenjang. Dia sengaja bertelanjang kaki, membiarkan ombak menjilati kakinya. Matanya tajam menatap kedepan, kontras dengan raut mukanya yang penuh harap dan sedih. Dia terus berjalan di sepanjang pesisir itu. Hingga di ujung, dia akan menaiki perahu nelayan ke tengah laut untuk menaburkan bunga yang telah dibungkus kresek hitam. Kemudian dia akan kembali lagi berjalan menyisir pantai dan naik ke atas karang di ujung lainnya. Duduk di sana sepanjang hari dan menatap jauh ke laut.
     Itulah ritual tahunan yang sudah 5 tahun ini wanita itu lakukan. Tidak peduli laut sedang ganas atau hujan deras. Kau bisa bayangkan bagaimana laut di bulan Desember ?. Wanita itu duduk di atas karang membiarkan rambut tergerai dicumbu angin. Dia mengingat bagaimana di tahun pertama dia berjalan dengan rasa sesak yang ia simpan didada, berjalan dengan tangis di bawah mendung untuk menaburkan bunga yang pertama. Lalu, ditahun kedua dia berjalan di bawah badai dan memohon mohon pada nelayan untuk membawanya ke tengah laut. Tak ada yang mau. Laut terlalu ganas untuk dirayu. Wanita itu hanya menaburkan bunganya di pesisir. Di tahun ketiga masih penuh harap di berjalan di sepanjang pesisir dan pergi ke tengah laut untuk menaburkan bunganya. Terus setiap tahun di tanggal yang sama. Harapannya selalu sama, laut memulangkan kekasihnya.
    Masyarakat sekitar menyebutnya gila. Siapa yang mau melakukan ritual seperti itu hanya untuk mengenang orang yang sudah mati. Di awal-awal mereka mencoba untuk mengingatkan wanita itu, toh dia adalah wanita yang cukup cantik pasti banyak pemuda lain yang mau meminangnya. Tapi wanita itu lebih memilih menyiksa ingatan dan hatinya.
     Wanita itu sudah tidak peduli lagi dengan sekitarnya. Bahkan ia tidak peduli lagi dengan hidupnya. Sejak laut memisahkan ia dengan pemuda itu. Hanya seminggu sebelum pernikahan mereka, pemuda itu hilang di laut. Perahunya tidak pernah kembali. Laut telah mematahkan hati wanita itu. Namun, jauh di dalam hatinya ia berharap pemuda itu kembali di suatu sore dengan senyum di wajahnya.
     Angin sore semakin kuat menerpa tubuh wanita itu. Deru ombak semakin kencang menggempur karang. Diujung katulistiwa seperti ada titik hitam yang mendekat. Wanita itu memicingkan mata untuk memperjelas penglihatannya. Titik hitam itu semakin besar membentuk siluet tubuh manusi. Deg, degup jantung wanita itu mendadak berhenti kemudian berdetak dengan cepat seakan ingin keluar dari dada. Dia berdiri mendekat ke laut. Lekukan tubuh itu, dada bidangnya, binar matanya. Tuhan, inikah jawaban dari do'a wanita itu. Pemuda yang hilang di laut itu kembali.
     Air mata wanita itu berlinangan tak mampu lagi dibendung. Semua duka dan rindu ingin direbahkan didada pemuda yang tersenyum di hadapannya. Dia ingin bercerita tentang sesaknya kehilangan pemuda itu. Didekapannya dunia ini kecil, didekapannya  wanita itu ingin beristirahat.
    Dunia masih berjalan seperti biasa. Entah anak adam mana yang jatuh cinta atau mungkin patah. Dia tidak bergeming. Pun, ketika seorang wanita lompat ke laut dari tebing. Dunia masih tidak peduli. Hanya masyarakat yang mencibir dan menganggap hina cinta wanita itu.
    Ya, wanita itu kini telah tiada. Raganya telah didekap samudra luas. Mungkin cintanya dipertemukan disana.
   
   

     Aku ingat, di sore yang cerah itu kau berjalan di tepi pantai dengan bertelanjang kaki. Membiarkan air laut menjilati kaki putihmu. Saat itu, rambutmu tergerai dan tertiup angin. Aku menatap dalam wajahmu yang memantulkan cahaya jingga dari langit. Ada banyak cerita yang masih kau sembunyikan di sana, yang entah kapan akan kau percayakan padaku. Rebahlah, sandarlah, aku bukan pria selemah itu.
Ah, tapi semua hanya kubatin. Karena pintaku yang ribuan kali selalu berujung pada penolakan.
     Aku sibuk dalam diamku memperhatikanmu, kau sibuk dalam diammu berkelana dalam dunia imajimu. Aku masih ingat, saat melintasi anak kecil yang mencari kerang aku bertanya "menurutku semua pantai itu sama, bagaimana denganmu ?" aku tahu pasti kau tidak setuju. Kau diam dan menghentikan langkahmu kemudian menatapku. "Begitukah ?, Kau sering menemaniku berburu pantai. Bagiku setiap pantai itu berbeda. Airnya, debur ombaknya, udaranya dan rasanya." Sanggahmu. "Baiklah, lalu apa yang kau cari dari pengembaraanmu ?" Tanyaku. Kau diam lagi dan melanjutkan perjalananmu.
     Pantai ini aku akui berbeda dari pantai - pantai yang pernah kita kunjungi. Tempatnya tersembunyi oleh ladang masyarakat sekitar. Aksesnya juga tidak mudah. Tapi pantai ini indah dengan debur ombaknya yang keras. Karang - karang yang melindungi dari kanan dan kiri. Pasirnya yang lembut dan kuning. Dan ada hal lain yang membuatku betah di sini. Itu kamu. Wanita samudraku.
    Yah, itulah sore bertahun - tahun lalu. Kini aku duduk di tepi pantai ini. Menerawang jauh ke batas cakrawala. Sesekali menjatuhkan pandangan padamu. Duduk disampingmu adalah vakansi yang dibutuhkan hatiku. Meskipun, kau tetap pada pendirianmu untuk tidak rebah padaku. Kau memilih rebah pada yang lebih kuat. Kau memilih rebah pada-Nya dan meninggalkanku dengan ribuan misteri serta sepucuk surat terimakasih dan permintaan untuk disemayamkan di pantai ini. Aku menghormati pilihanmu, seperti dulu - dulu. Mustahil untukku menolakmu, kau memilih tenang di tempat yang sepi dan indah. Selamat jalan kekasih, semoga duniamu tidak riuh lagi.
 

    Percakapan itu berlalu begitu saja. Dari diri yang malu malu kemudian bercerita tanpa jeda. Entah, karena kalut atau kamu, sosok misterius yang aku temui kala itu. Ditemani secangkir kopi dan segelas teh hangat, cerita itu terkisah begitu saja. Mungkin karena udara yang dingin.
     Berawal dari kursi yang kosong hanya disebelahmu. Dengan kenekatan aku bertanya tak adakah orang disebelahmu dan dengan santai kau mempersilahkan untuk duduk saja di hadapanmu. Setelah menit - menit hening diantara kita kau bertanya apakah aku sedang sendirian. Ku iyakan pertanyaan itu, dan percakapan itu mengalir begitu saja. Semakin hangat, seiring dinginnya teh dan kopi kita. Kita. Sudah pantaskah aku menyebut kita hanya karena percakapan hangat di sebuah kedai mie yang ramai itu.
    Kau bercerita banyak hal. Tentang kesendirianmu, tentang perjalananmu, tentang yang ku kira sudah banyak hal. Akupun bercerita tidak kalah banyak darimu. Tak terasa, mie goreng pesananmu dan mi kuah pesananku sudah tiba di meja yang basah karena air hujan tadi sore.
    Kita terlalu asik tenggelam dalam cerita. Hingga lupa masih banyak yang antri. Bersamamu waktu terasa singkat. Kita baru bertemu, salahkah aku ingin menjumpaimu lagi. Aku tersesat dalam duniamu. Dunia yang asing, namun terasa indah. Hingga aku sesat dan lupa dunia yang aku tinggalkan tadi. Kau bercerita tentang langit malam yang bertabur bintang dan tengah hutan yang lengang. Dunia yang selintas seperti imaji bagiku.
    Tiba - tiba ponselmu berdering, mengagetkan kita. Untuk sementara bolehkah aku gunakan kata kita. Kau berbicara sebentar dan terburu pergi. Kau hanya berpamitan sekilas sambil mengemasi korekmu. Aku, belum sempat mengucapkan salam perpisahan itu. Sudah harus melihat punggungmu.
    Begitulah salam perpisahanmu. Meninggalkan aku dengan segelas teh yang dingin. Maaf, memang aku siapa ? hanya seseorang yang tak sengaja kau jumpai dan kita sama - sama berbagi kisah yang panjang dengan waktu yang singkat. Ahh, malam semakin dingin. Kurekatkan jaket dan beranjak dari situ.
    Bagaimanapun aku tetap harus berterimakasih telah kau ajak hilang ke duniamu. Tapi bolehkah kau ijinkan aku untuk tetap di sana. Sayang, kita hanya sebatas cerita tanpa kisah. Iya, sampai berjumpa lagi, aku hanya berharap bisa bertemu lagi untuk menyampaikan rasa terima kasihku.

Musim hujan
Batu, 12 Februari 2019
   

     Untuk kesekian kali, ada kegelisahan yang menyusup di setiap debar. Aku rindu hembus angin yang menerpa muka. Aku rindu suara gemuruh debur yang memenuhi telinga. Selalu saja ada kerinduan untuk membiarkan air ombak menerpa jari - jari kaki. Ahhh, aku rindu pantai. Tulisan ini didedikasikan untuk diri yang merindu deburan ombak dan birunya laut.
     Setiap orang pasti mempunyai pilihan untuk liburannya mau ke alam atau destinasi buatan. Bahkan ada yang lebih memilih bersantai dengan segelas teh, buku keluaran terbaru dan setangkup roti. Ada yang memilih tantangan dan menyatu dengan pegunungan. Tidak sedikit yang memilih taman bermain yang memicu adrenalin. Berbagai pilihan untuk melepas penat. Kalau kaian jadi tim apanih ?
     Kalo aku sendiri sejujurnya lebih senang dengan liburan yang bertemakan keheningan. Menikmati teh di hari minggu atau berjalan - jalan di pantai (Tentunya, kalo pantai yang sepi). Sedihnya sudah berbulan - bulan tidak menyentuh pantai. Indonesia adalah negara kepulauan dengan bentang pantai yang panjang. Siapa sih yang ga tau pantai di Indonesia itu cantik - cantik orang manca aja tau. Sebenarnya aku tinggal di tempat yang tidak jauh dari pantai. Tapi entahlah kapan bisa kesana lagi.
     Berawal dari keyakina setiap perkataan adalah do'a, lewat tulisan kali ini aku berharap segera ada kesempatan lagi ke pantai. Jadi sedikit curhat lah ya. Jujur aja, in my honest opinion mantai itu asik banget. Coba deh kalian rasakan bener - bener, bagaimana kecilnya kita sebagai manusia. Bagaimana Tuhan dengan kesempurnaannya menciptakan segala sesuatu. Sayang sekali kalo kita diberi nikmat melihat tapi hanya liat tugas mulu. Tapi, liat si dia juga gapapa demi pelepas lelah *eh. Hehehe.

   
    Siapa disini kubu pecinta Indomie ?
    Kalian penganut paham Indomie goreng atau Indomie kuah ?
    Kuah ataupun goreng tidak pernah salah karena selera itu subyektif. Jangan karena perbedaan paham Indomie kalian jadi bertengkar. Selama Indomie kita tetap satuuuu. Hidup Indomie ! eh.
Bukan rahasia lagi kalo banyak pecinta Indomie di negara ini. Apalagi kalo dimakan waktu hujan dengan telor dan sayurnyaa, ahhh nikmat manalagi yang engkau dustakan. Sayangnya makan Indomie itu tidak pernah seimbang kita masak setengah jam habisnya 15 menit. Tapi itu bukan apa apa. Bagaimana jika demi menikmati Indomie harus menunggu selama 2 JAM ??? mampus kau dikoyak - koyak waktu.

   Kalian mungkin sebagian besar ga akan percaya kalo ada sebuah tempat demi makan Indomie harus menunggu 2 Jam bahkan lebih. Kalian harus coba ke tempat ini. Namanya Mie Soden Lokasinya di Batu. Kalo kalian sedang berlibur ke Malang atau Batu sempatkan makan Indomie di sini. Kenapa ? Karena kalian akan merasakan sensasi berbeda dari sebuah Indomie. Tempat sedikit nyempil dan sederhana bangeeet. Tapi antrinya, beuhh menunggu 2 jam itu hal yang wajar. Biar kalian ga nyasar aku kasih directionnya yah, kita mulai dari alun - alun batu ajaya (kalo dari rumah kalian kelamaan). Oke, start point Alun - Alun Batu, di deket Alun - Alun Batu ada Masjid besar sebrang jalan catnya masih ijo, dari situ kalian lurus sampai lampu merah pertama, kemudian belok kiri lurus terus ikuti jalan sampai kalian ketemu ada plakat hotel selecta di kiri jalan. Yauda kalian belok kanan kira - kira 3 - 4 kilometer dari Alun - Alun. Kalian ikuti jalan terus, belok kiri dikit ada portal masuk wisata selecta ga jauh dari situ akan ada bapak parkir dan kendaraan parkir yang banyak. Sudah sampai. Tinggal jalan dikit kiri jalan, tempatnya sedikit turun. Nah, disitu nanti akan berjubel - jubel manusia.
    Kalian jangan berharap ketemu dengan depot mewah ya. Disini cukup warung sederhana. Tapi jangan liat luarnya ya. Don't Judge Book By It's Cover. Karena kalau kalian malam dikit datengnya, harus sabar menunggu hingga 2 jamm. Mie Soden ini mungkin sudah ga asing di telinga orang Malang dan sekitarnya. Mie Soden buka mulai jam 18.00 sampe tutup. Waktu aku kesini sampai sekitar pukul 19.00 an dan kita dapat nomor antrian 20. Sebenernya tuh kita nunggu harusnya lebih dari 2 jam tapi karena muka melas aku, eh bukan sih karena faktor keberuntungan atau mungkin kelompok kita itu paling rame jadi diduluin hehehe.
    Jujur aja ya, pertama kali kesini aku bertanya - tanya kok bisa sih lama banget padahal waktu ngintip dapurnya masaknya itu langsung porsi besar di wajan yang besar. Kalian kalo kesini intip aja cara masak chefnya. Jangan makan doang. Chefnya disini cuma satu. Weeh dengan pelanggan sebanyak itu, kereen. Tapi kita nunggu sampe membeku.
   Kalo kalian makan disini, pasti akan merasakan sensasi yang luar biasa. Jangan lupa bawa jaket ya, Batu dingin. Kalian juga pilih meja yang outdoor sambil melihat warna - warni lampu Kota Batu. Tenang banget, dengan suara percakapan orang - orang yang menunggu dan keheningan malam. Di sini ga cuma jualan mie kok, kalo kalian bosen nunggu selama 2 jam kalian bisa nyemil makanan ringan yang dijual disini.
   Soal harga kalian jangan khawatir, murmer laah. Padahal antriannya kek gitu. Harga Mienya cukup 5000 rupiah aja. Segelas teh hangat 2000 rupiah. Untuk susu dan kopi susu 3000an. Muraah kan. Setelah makan, jangan berlama - lama ya kasian yang antri banyak. Jadi, kalian wajib dan kudu dateng kesini. Buktikan kesabaran kalian demi sepiring Indomie.

Tahu isi yang kita pesan

Ini chefnya lagi masak



Lampu - Lampu Kota batu



Mie pesenan kita



Penuh dong kursinya


Selamat Makan !!!