Halo temen - temen, makasi ya buat kembali lagi ke sini dan menyimak kisah perjalanan ini. Rencana selanjutnya adalah cari oleh - oleh, nongkrong di Malioboro daaan destinasi terakhir candi Prambanan sebelum pulang. Sebagai sponsor utama perjalanan ini, tidak afdol kalo tidak membuka maps menuju pabrik bakpia pathuk, oleh - oleh khas Jogja yang terkenal. Jarak yang ditempuh lumayan juga temen - temen. Bagi yang ga kuat jalan, mending naik kendaraan umum saja ya hehe. Setelah sedikit tersesat, akhirnya sampai di bakpia pathuk 55. Setelah beli beberapa buat oleh - oleh langsung deh ke destinasi selanjutnya Malioboro (dari sini naik grab ke halte terdekat karena ga kuat jalan lagi).

     Sayang sekali aku lupa nomor bis yang aku tumpangi. Rute Trans Jogja lumayan sulit temen - temen, jadi aku saranin buat cari info sebanyak - banyaknya kalau perlu download rutenya biar ga bingung. Tiba di Malioboro, langit tiba - tiba gelap. Perasaan ini langsung was - was, mana ga bawa payung lagi. Seketika menyesal menolak pemberian payung dari mba Christina tadi. Dalam kondisi ketir - ketir alias ragu dan bimbang, aku cari minum di Indomaret. Setelah ngadem dan duduk merenung mengkalkulasi keputusan apa yang tepat setelah ini. Ada dua pertimbangan, pertama pulang aja mumpung bis terakhir belum lewat dan kedua lanjut ke Candi Prambanan dengan kondisi cuaca yang tidak menentu.

     Akhirnya, dengan berat hati lebih baik pulang untuk menghindari hal - hal yang tidak diinginkan dan berjanji dalam hati kalau ke Jogja lagi harus membawa perlengkapan yang cukup. Semoga di perjalanan ke Jogja selanjutnya bisa menjelajahi Jogja dari sisi yang berbeda.

     Di perjalanan pulang, langit berangsur-angsur menjadi cerah. Wahhh, pingin balik aja rasanya tapi mau gimana lagi. Begitulah kehidupan, yang kita rasa keputusan terbaik mungkin mengecewakan diri. Kita harus belajar meredam ego. Seringkali kehidupan berjalan berlawanan dengan keinginan. Jalan terakhir yang harus dihadapi ya ikhlas. Mau gimana lagi, manusia tidak ada kuasa untuk memutar waktu. Sampai jumpa dicerita yang lain teman - teman.






     Halo temen - temen yang masih penasaran sama ceritaku atau mungkin lagi cari informasi sebanyak - banyaknya buat liburan ke Jogja. Dikarenakan waktu yang sudah sore, aku memutuskan untuk ke Taman Sari dulu. Tiket masuknya 5.000 rupiah dan ada biaya tambahan kalau membawa kamera. Di sini kalian juga bisa menyewa Tour Guide untuk menjelaskan berbagai sudut Taman Sari. Tour Guide akan menemani kalian dari awal perjalanan sampai akhir. Karena sendirian aku memutuskan memakai jasa Tour Guide, namanya pak Budi. Pak Budi yang akan menemani perjalanan kali ini.
     Untuk biaya Tour Guide sampai tulisan ini release 70.000 rupiah. Mungkin bisa berubah lebih tinggi tergantung kapan kalian mengunjungi Jogja. Sebenarnya biaya ini di luar ekspektasi aku sih. Dibeberapa blog yang aku baca, biaya tour guide sebesar 25.000 rupiah, jadi pengeuaran ini hampir tiga kali lipat dari budget yang sudah aku persiapkan. Nah, untuk itulah kalau mau backpackeran bener - bener harus riset mendalam. Tapi gapapa, biaya yang dikeluarkan akan sepadan dengan informasi yang bakal kalian terima.
      Menurut Pak Budi, perbedaan harga yang tinggi itu juga bisa terjadi karena si penulis menyewa tour guide tidak resmi. Tour Guide resmi sudah memiliki sertifikasi dari Dinas Pariwisata Indonesia. Jadi jangan takut dengan informasi yang bakal kalian dapat itu hoax apa bukan. Pak Budi dan tour guide resmi lainnya bakal ngejelasin secara rinci dan detail tentang bangunan Taman sari. Mulai dari gaya arsitektur bangunan sampai makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Sedikit informasi buat yang  belum tahu, Taman Sari tidak sekedar pemandian keluarga raja tapi lebih dari itu. Taman Sari penuh dengan nilai luhur toleransi, ajaran agama dan perjuangan.
     Setelah berkeliling Taman Sari dan mengetahui informasi yang luar biasa, kita menyelesaikan tour ini di jam 14.40. Pak Budi juga memberi saran untuk mencoba destinasi wisata baru yang baru di buka yaitu Situs warung boto. Katanya, situs itu dulunya akan dibuat seperti Taman Sari, tapi tidak semegah Taman sari. Setelah solat ashar di masjid sekitar Taman Sari dan makan bakso ditambah es jeruk, perjalanan dilanjutkan ke Situs warung boto. Tapi, sebelumnya aku mampir ke Plengkung Gading dengan berjalan kaki, hmmm lumayan gess di kaki. Perjalanannya sekitar 1 km. 
     Aku pesen Grab di area Plengkung Gading menuju situs Warung Boto. Di sini, kalian cuma bayar parkir aja. Belum ada tiket masuk. Kebanyakan pengunjung masih didominasi pengunjung lokal atau wisatawan lokal. Tempatnya juga tidak sebesar Taman Sari. Jujur aja yaa, waktu di sini moodku langsung ga bagus. Kenapaaaa? Soalnya waktu aku sampai di sini itu semua pengunjung banyak yang berpasangan a.k.a patjaran. Jiwa jombloku meronta - ronta. Ehhh sebenernya ga gitu juga sih, cuman karena diluar ekspektasiku aja. Tempatnya bagus, cuman tidak banyak yang bisa digali dari sini. Selain itu banyak yang menatap aneh pada diriku yang berjalan seorang diri.
     Melihat mendung yang mulai datang dan sayup - sayup terdengar suara gemuruh, aku memilih pulang saja ke penginapan buat istirahat. Dengan jasa ojek online yang dimana - mana ada dan setia menemani perjalanan kali ini kita tuntaskan di penginapan sambil melihat cuaca apakah akan turun hujan atau tidak.
     Setelah istirahat, mandi dan lain sebagainya aku mulai merenung enaknya kemana  malam ini. Menikmati malam di Malioboro atau ke Tempo gelato yang tertunda kunjungannya. Aku memutuskan ke Tempo Gelato Prawirotaman yang tidak jauh dari penginapan dengan berjalan kaki sambil menyusuri perkampungan Kota Jogja.
     Lokasi Tempo Gelato Prawirotaman memang tidak terlalu jauh bisa ditempuh sekitar 15 menit dengan berjalan kaki. Tempatnya bagus dan keren, kalo kata anak milenial sih Instagramable banget. Sebelum memilih varian gelato kita beli dulu cupnya mau yang pake cone atau waffle. Ada 3 size, small, medium dan large. Ukuran small bisa merasakan 2 varian gelato yang berbeda, untuk medium bisa mix 3 rasa dan yang large aku lupa hehe. Di sini aku beli yang medium dengan cup harganya 45.000. Untuk rasa sih tidak mengecewakan dan porsinya juga banyak. Setelah menghabiskan satu porsi aku sempet bingung gimana buang cupnya, apakah di sini self service atau ada petugas yang akan membersihkan (maklum lah yaa pertama kali). Karena kebingungan dan ga ada orang lain jadi aku tanya mba kasirnya, dia bilang tinggal suruh ninggal aja. Pasti mbaknya mbatin (ngomong dalam hati) ini orang dari mana, gini aja ga tau wkwkwk.
     Okee, perjalanan hari pertama kita akhiri di Tempo Gelato, sekarang balik ke penginapan dan istirahat untuk menyusun rencana esok hari. Malam harinya aku habiskan untuk menentukan perjalanan buat besok. Di daftar yang aku buat besok waktunya mengunjungi Candi Prambanan. Tapi, jadwal yang aku susun berantakan dongsss. Akhirnya setelah perenungan yang panjang sampailah pada keputusan untuk mengunjungi Keraton Jogja, Benteng Vredenburg, cari oleh - oleh dan jalan - jalan di Malioboro dan kalo ada waktu ke Candi Prambanan.
     Pagi harinya setelah sarapan dan minum obat (aku orangnya mabuk kendaraan teman - teman), aku pamitan sama penjaganya dan memulai perjalanan ke Kraton Jogja. Hari ini ingin lebih sehat ke haltenya jalan kaki modal google maps walaupun seringkali salah belok. Aku menuju halte Supeno, karena ini halte kecil jadi bayarnya di dalam Trans Jogja. Rute ke Kraton Jogja bisa menggunakan rute 3A, kemudian kita akan diarahkan untuk transit di halte (maaf aku lupa haltenya, pokoknya temen - temen harus rajin - rajin tanya deh). Kemudian kita akan diturunkan di Halte Taman Pintar.
     Dari Halte Taman Pintar, temen - temen bisa jalan kaki atau memanfaatkan jasa tukang becak untuk mengantar kemanapun teman - teman mau. Biasanya mereka menawarkan harga satu paket wisata, gak mahal kok. Tapi aku lebih milih jalan untuk menikmati setiap sudut kota Jogja hehe. Asli buat kalian yang ga kuat jalan mending pake becak daripada capek.
     Di Kraton Jogja cukup ramai dengan pengunjung anak sekolahan. Biaya masuk Kraton Jogja 7000 rupiah ditambah izin foto 2000 rupiah. Di sini juga ada tour guide yang bisa memandu wisatawan. Mereka juga menyarankan untuk mengikuti kegiatan membatik kalau mau. Aku berharap saat kesini ada pertunjukan seni ternyata tidak ada, sedih dong. Meskipun kecewa tapi aku bersyukur bertemu teman baru dalam perjalanan ini.
     Yapp, ketika menjelajah Keraton sendirian aku juga ingin mengambil fotoku kan dan karena sendirian a.k.a solo, aku meminta tolong pada orang lain. Salah satu yang aku mintak tolong ternyata wisatawan asing dari Taiwan namanya Christina. Dia seorang solo backpacker juga. Wihhh senang dong. Akhirnya setelah berbagai perbincangan kita mengelilingi Keraton bersama. Christina bercerita tentang banyak hal, tentang perjalanannya ke berbagai kota di belahan dunia.
     Ini adalah perjalanan mbak Christina di Indonesia dalam rangka liburan. Pertama kali dia mengunjungi blue fire di Ijen dan yang kedua dia ke Jogja. Renacananya dia akan menjelajah bersama temannya tapi dia belum datang. Akhirnya kita memutuskan untuk mengunjungi Benteng Vredenburg berdua. Kami berjalan kaki ke sana dan tiket masuk ke Benteng Vredenburg 10.000 rupiah.
     Saat ini Benteng Vredenburg telah dialihfungsikan menjadi museum perjuanagan. Ada beberapa bangunan dalam Benteng. Setiap ruangan memiliki koleksi tersendiri yang menampilkan rekam jejak sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kita berkeliling benteng sampai siang dan akhirnya memutuskan berpisah. Dia akan kembali ke kosannya dan aku harus melanjutkan perjalanan. Sebelum lanjut perjalanan jangan lupa solat dulu ya teman  teman. Dan sampai jumpa di part selanjutnya untuk cari oleh - oleh dan menyusuri jalan Malioboro bersama.







Usai

Untuk semua yang telah kau doakan
Untuk semua yang telah kau perjuangkan
Untuk semua yang telah kau usahakan
Tapi tak kunjung menemui akhir
Relakan...